Berikut
ini adalah 10 pasukan khusus indonesia yang dimiliki oleh pemerintah kita, mereka memiliki keahlian, keterampilan khusus, masing-masing dalam bertahan, maupun menyerang demi misi dan tugas padah negara.
1. Korps Brimob
Brigade Mobil atau sering disingkat Brimob
adalah unit (korps) tertua di dalam Kepolisian Republik Indonesia
(Polri) karena mengawali pembentukan kepolisian Indonesia pada tahun
1945. Korps ini dikenal sebagai Korps Baret Biru.
Brimob
termasuk satuan elit dalam jajaran kesatuan Polri, Brimob juga juga
tergolong ke dalam sebuah unit paramiliter ditinjau dari tanggung jawab
dan lingkup tugas kepolisian.
Brimob pertama-tama terbentuk dengan nama Pasukan Polisi Istimewa.
Kesatuan ini pada mulanya diberikan tugas untuk melucuti senjata
tentara Jepang, melindungi kepala negara, dan mempertahankan ibukota.
Brimob turut berjuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Di
bawah pimpinan Inspektur Polisi I Moehammad Jasin, Pasukan Polisi
Istimewa ini memelopori pecahnya pertempuran 10 November melawan Tentara
Sekutu
brimob merupakan kesatuan paling pertama di Indonesia, pada masa
penjajahan Jepang Brimob dikenal dengan sebutan Tokubetsu kaesatsutai.
Pasukan ini yang pertama kali mendapat penghargaan dari Presiden pertama
Republik Indonesia Ir. Soekarno yaitu Sakanti YanoUtama
2. Densus 88 antiteror
Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus berompi merah ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom. Beberapa anggota juga merupakan anggota tim Gegana.
Detasemen 88 dirancang sebagai unit antiteroris
yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman
bom hingga penyanderaan. Densus 88 di pusat (Mabes Polri) berkekuatan
diperkirakan 400 personel ini terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.
Selain itu masing-masing kepolisian daerah juga memiliki unit anti
teror yang disebut Densus 88, beranggotakan 45 - 75 orang, namun dengan
fasilitas dan kemampuan yang lebih terbatas. Fungsi Densus 88 Polda
adalah memeriksa laporan aktifitas teror di daerah.Melakukan penangkapan
kepada personel atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan
merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan
keamanan negara R.I.
Densus 88 adalah salah satu dari unit anti teror di Indonesia,
disamping Detasemen C Gegana Brimob, Detasemen Penanggulangan Teror (Dengultor) TNI AD alias Grup 5 Anti Teror, Detasemen 81 Kopasus TNI AD (Kopasus sendiri sebagai pasukan khusus juga memiliki kemampuan anti teror), Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Korps Marinir TNI AL, Detasemen Bravo (Denbravo) TNI AU, dan satuan anti-teror BIN.
3. Batalyon raider
Batalyon Raider adalah satu batalyon pasukan elit infanteri Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sepuluh batalyon raider yang diresmikan pada 22 Desember 2003 itu, dibentuk dengan membekukan 8 yonif pemukul Kodam dan 2 yonif Kostrad. Sebagai kekuatan penindak, kekuatan satu batalyon raider (yonif/raider) setara tiga kali lipat kekuatan satu batalyon infanteri (yonif) biasa di TNI.
Setiap batalyon raider terdiri atas 747 personel. Mereka memperoleh
pendidikan dan latihan khusus selama enam bulan untuk perang modern,
anti-gerilya, dan perang berlarut. Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk
memiliki kemampuan tempur tiga kali lipat batalyon infanteri biasa.
Mereka dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti
terjun dari helikopter.
50 orang personel di antara 747 orang personel dalam satu batalyon
Raiders memiliki kemampuan anti teror dan keahlian-keahlian khusus
lainnya. Keahlian tersebut mereka dapatkan setelah mengikuti pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Grup 3 KOPASSUS) yang bertempat di Batujajar, Jawa Barat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan pasukan raiders.
4. Kostrad Tontaipur
Peleton
Intai Tempur (Tontaipur) merupakan satuan elite Kostrad terbaru,
diresmikan pada tanggal
4 Agustus 2001. Setelah latihan
secara intensif selama lima bulan, 97 pasukan yang diseleksi dari
Brigade Infantri 9 dan Brigade
Infantri 13 Kostrad menjadi
prajurit-prajurit pertama satuan elite ini.
Sesuai
kualifikasinya, Tontaipur akan diterjunkan untuk misi pengintaian jarak
jauh ke wilayah
musuh dan melakukan penghancuran
terhadap sasaran-sasaran penting. Diantara perlengkapan yang dibawa,
mereka akan dibekali
senapan serbu khusus berikut
teropong bidik malam (NVG, night vision goggle). Tiap personel Tontaipur ini memiliki
kemampuan operasi sekaligus di tiga matra, yakni di darat, laut, dan udara.
Uji coba pertama bagi Tontaipur adalah operasi penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).